Galeri #1000kataterpilih

Oleh: Mast Irham

Semua orang adalah ‘fotografer’. Saat ini sepertinya tidak ada orang yang sama sekali belum pernah bersinggungan dengan fotografi, hampir semua orang punya kamera dalam sakunya, setidaknya  berbentuk smartphone. Fotografi bukan lagi milik fotografer semata, pekerja kantoran, arsitek, bahkan ibu rumah tangga secara aktif menggunakan fotografi dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Setidaknya ini yang tergambar dari latar belakang para fotografer #1000kataterpilih kali ini. Sebut saja Victor Djaja, seorang arsitek. Kemampuan melihat bidang dan garis yang dimiliki Victor, membuat foto-foto yang ditampilkannya menjadi enak dilihat dengan komposisi dan warna yang menarik. Atau Vini Citra Kartini, seorang ibu rumah tangga. Vini memanfaatkan fotografi untuk mendokumentasikan aktifitas sang anak dengan cara sangat menarik, pemilihan background pohon, baju kembang-kembang dan gesture sang anak yang menutup mukanya dengan kedua tangan, menjadikan foto dokumentasi keluarga ini tampil sebagai karya yang unik.

Atau kemampuan Chris Tuarissa memanjakan mata kita lewat karya visualnya. Chris menampilkan anak-anak sedang bermain di lokasi yang jauh dari kata ideal, lewat komposisi berlapis yang memenuhi frame fotonya, karya Chris yang berjudul ‘Anak Belah Kapal’ ini terlihat ciamik. Juga Muhamad Rahaddis Adiyoga lewat karya portrait yang dibuatnya. Rahaddis menampilkan sepasang mempelai berpose di tengah tanah pemakaman di Prumpung, Jakarta Utara. Kedua mempelai melangsungkan pernikahan di tengah bayang-bayang maraknya tawuran di sekitar lokasi. Latar belakang cerita yang kuat menjadikan karya foto Rahaddis jauh lebih berbicara.

1000kata seperti biasa akan memilih karya fotografi terbaik dari tagar #1000kata di instagram dan selanjutnya akan menampilkan karya-karya tersebut dalam sebuah artikel tetap di website www.1000kata.com. Hal ini kita lakukan sebagai kelanjutan dari tagar #1000kata yang semakin popular dan menjadi apresiasi bagi para fotografer yang telah membagikan karya-karyanya. Artikel ini juga akan menampilkan cerita di balik foto-foto pilihan tersebut, sehingga memberikan edukasi dan informasi lebih bagi para pembaca. Semoga dengan Galeri #1000kataterpilih ini, semakin banyak fotografer yang berkenan membagikan cerita lewat karya-karya visualnya dengan menyantumkan tagar #1000kata. Dan bersama-sama kita bisa bersukacita menikmati kekayaan visual dan merayakan fotografi.

‘That’s Life…’ Karya: Victor Djaja – @victor_djaja Foto ini diambil di ancol, Jakarta Utara. Di suatu sore di akhir minggu, saya bersama beberapa teman sedang melakukan survey lokasi untuk acara hunting foto bareng. Saat turun dari mobil, saya melihat sepasang kekasih ini yang sedang asyik berpelukan, tanpa menghiraukan orang di sekitar lagi, menarik bagi saya. Saya berpikir sebentar kira-kira perlu memasukkan unsur apa lagi supaya foto bisa lebih bercerita? Dan kebetulan ada seorang petugas kebersihan yang sedang membersihkan sampah dengan membawa karung besarnya. Sang petugas kebersihan kemudian berjalan ke arah tempat saya berdiri, saya pun pikir ini bisa jadi cerita ironi kehidupan. Ada yangg beruntung, ada yang kurang beruntung, saya pun menyiapkan framing yang akan saya ambil dan mengklik shutter ketika sang petugas lewat dengan background kedua pasangan tadi.

‘Yau’ Karya: Herik Maniagasi – @erikmaniagasi Seorang pria penduduk asli Sentani disebut Yau dalam bahasa Sentani usai menyelam atau disebut juga molo untuk mencari ikan di danau Sentani, Papua saat hujan turun.

Para Buruh’ Karya: Muchtamir – @muchtamir_ Kehidupan buruh angkut/panggul di pelabuhan rakyat Paotere Makassar, pelabuhan ini banyak disinggahi oleh kapal kayu bermotor bahkan kapal kayu berskala kecil.

‘Akvitas Pagi Hari’ Karya: Wira Siahaan – @ceritawira_moments Foto ini saya ambil pada saat sedang menginap di rumah mertua saya di belakang Universitas Tarumanegara Tomang, Jakarta. Jam pengambilan foto ini adalah di pagi hari sekitar pukul 07.00, dimana belum ada toko-toko yang buka tapi ada satu yang sudah mulai bekerja yaitu tukang ayam bakar. Asap dari pembakaran ayam ini cukup mengundang perhatian saya karena cahaya matahari yang masuk menembus dari pohon lalu mengenai asap ini sehingga menimbulkan efek yang menarik. Saya menunggu cukup lama di posisi ini sambil menunggu subyek yang pas untuk difoto. Bagi saya gestur bapak pada foto ini sangat menarik karena seperti baru bangun pagi, mungkin belum mandi atau baru selesai mandi (asumsi berdasarkan sedang berjalan sambil mengenakan baju), atau bisa jadi sedang menuju warteg di belakang saya untuk sarapan.

‘Yellow Line’ Karya: Hendra Permana – @hapelinium Garis kuning yang menarik untuk diabadikan. Melambangkan ketidakbebasan yang berbanding terbalik dengan patung di kejauhan yang melambangkan kebebasan. Foto diambil pada 27 Juli 2019, saat ada perbaikan pada sisi tangga kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, sehingga mengharuskan ditempatkan sebuah garis pembatas kuning untuk mencegah pengunjung untuk melintas.

‘Flying’ Karya: Hariandi Hafid – @hariandihafid Foto ini saya ambil menggunakan Ponsel iphone 7 di pelabuhan tradisional Paotere Makassar, 09 Nov 2019. Saat itu saya melihat sejumlah anak sedang berenang dan seorang yang lainnya berada di haluan salah satu kapal phinisi bersiap untuk melompat ke laut. Saat itu kamera saya masih berada di dalam tas, karena takut kehilangan moment saya memutuskan menggunakan handphone untuk merekam momen tersbut. Foto ini merupakan satu dari beberapa frame yang saya dapatkan waktu itu, saya memilih foto ini karena menurut saya di foto ini anak yang melompat terekam dalam posisi dan gestur terbaiknya. Di foto ini saya memilih untuk tidak memasukan unsur laut untuk memberi kesan tidak terbatas. Selain itu yang membuat foto ini menarik karena saya melihat karakter Peter Pan (tokoh Disney) di dunia nyata yang berteriak dan bernyanyi kepada teman-temannya ‘You can fly’.

‘ Anak Belah Kapal’ Karya: Chris Tuarissa – @chris_tuarissa Anak-anak dan aktifitasnya selalu menjadi perhatian saya saat memotret di ruang publik. Foto ini saya ambil di daerah ‘Belah Kapal’ Cilincing , Jakarta Utara. Sekelompok anak ini cukup menarik perhatian saya saat itu. Respon, gaya bahasa, gaya berpakaian, bahasa tubuh pun mungkin menjadi ciri khas anak pesisir. Ada hal yang spesifik jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya di Jakarta. Tidak tersedianya lahan bermain khusus seperti
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), tidak menjadi penghambat untuk melakukan aktifitas. Bongkahan pipa-pipa besi menjadi arena bermain bagi mereka. Biasanya mereka berasal dari beberapa kampung terdekat, dan sore hari setelah waktu sekolah mereka berkumpul untuk bermain di sini. Ada yang mengerjakan tugas sekolah, atau sekedar bermain saja. Latar belakang tumpukan pipa besi menjadi perhatian utama sebagai identitas tempat. Saya tinggal menentukan framing dan memperhatikan gerak tubuh anak-anak tersebut sebelum menekan tombol shutter. Anak-anak memang mempunyai dunianya sendiri.

Aksi Tutup Wajah’ Karya: Vini Citra Kartini @nengpicnic Foto ini adalah foto anak saya ketika berdiri di depan sebuah pohon rindang, sebuah spot yang menarik sebagai background menurut saya. Anak saya mempunyai kebiasaan untuk menutup wajahnya saat difoto.


‘Bersatu di Tanah Konflik’ Karya: Muhamad Rahaddis Adiyoga – @adizababa Asri dan Hendra adalah warga yang hidup di sekitar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Prumpung, Jakarta Timur yang tinggal hanya berbeda gang saja satu dengan yang lain. Bukan lagi hal yang asing didengar, tawuran antar warga sering terjadi di kawasan pemukiman padat penduduk dan rawan tindak kriminal itu. Bahkan pada medio 2017 seorang remaja berinisial DN (16) meninggal kehabisan darah setibanya di RS Polri usai mendapatkan luka bacok di punggung sebelah kanan yang didapatnya saat terjadi bentrokan yang terjadi di malam hari itu. Melalui potrait ini , saya mencoba merespon kondisi sosial itu. Di mana ikatan janji suci menyatukan dua insan yang berasal dari perkampungan rawan konflik. Menyebar cinta kasih, juga mengingatkan kita akan kefanaan dunia yang sungguh menyesatkan. Dan pada akhirnya semua akan kembali ke tanah yang sama, ke rumah abadi yang mereka kenal dengan nama TPU Prumpung.

About Mast Irham

Mast Irham has been doing photography since he was a student at Communication Study at Sebelas Maret University in Solo, Central Java. Before he finished his undergraduate study, he had joined Antara news agency as a contributing photographer. After graduation, he worked for Media Indonesia newspaper until 2004, when he was chosen as one of the participants of photojournalism workshop organized by World Press Photo and Asia Europe Foundation in Hanoi, Vietnam. He later joined European Pressphoto Agency (EPA) in August 2004. During the more than 10 years of his career, Irham has been covering politics, economy, disaster, and sport events both in Indonesia and abroad. Among his notable experience were covering earthquake and tsunami in Aceh, and Bali bombing. His foreign assignments include Aung San Suu Kyii release in Myanmar, Australian Open tennis tournament in Melbourne, Australia, and earthquake in Nepal, Brazil's World Cup. Irham is now EPA chief photographer for Indonesia.

Check Also

Menelusuri Labirin Kotagede

Para pencinta fotografi menikmati kehangatan warga Kotagede. Mereka memasuki ruang-ruang personal dan menjadi bagian dari warga.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.