Kolom 1000kata

Oscar Untuk Fotografer Jimmy Chin

Oleh Yuniadhi Agung*

Saya mengenal Jimmy Chin dari unggahan foto-foto dia di instagram @jimmychin. Yang saya tahu, dia adalah pendaki profesional dan fotografer yang membuat karya-karya foto tentang pemandangan alam dan aktifitas ekstrem luar ruang. Bagi saya, Jimmy Chin adalah Ansell Adams versi sekarang. Dia membingkai alam dengan sangat presisi, tidak ada bagian di foto yang dibiarkan kosong percuma. Jika Ansell Adams memberikan ruang kosong hampa dalam foto-foto pemandangan alamnya, maka Jimmy Chin memasukkan manusia untuk memberi nyawa.

Keduanya tidak pernah mencari sudut pemotetran yang mudah. Alam tersaji di depan mata, tapi merekamnya menjadi indah adalah upaya. Jimmy Chin dikarunia mata yang peka untuk memilih sudut pengambilan gambar. Bukan hanya di fotografi, tetapi juga dalam gambar bergerak. Detail, komposisi, dan mood karya videonya jelas berawal dari pemahaman dia tentang gambar diam.


Poster film Free Solo. (Sumber: IMDb.com)

Film dokumenter Free Solo yang diproduseri salah satunya oleh Jimmy Chin adalah bentuk bagaimana Jimmy Chin memberikan ruh pada produksi dokumenter National Geographic itu. Membuat dokumenter yang istimewa adalah “pekerjaan sehari-hari” National Geographic. Saya belum menonton film dokumenter Free Solo secara utuh, namun dari potongan-potongan promosi Free Solo, saya sudah jatuh cinta pada sudut pengambilan gambar yang dilakukan Jimmy Chin. Dia mampu mengatasi kesulitan pengambilan gambar di El Capitan, sebuah tebing vertikal setinggi 900 meter di Taman Nasional Yosemite, Amerika Serikat. Free Solo berkisah tentang upaya atlet panjat Alex Honnold menjadi orang pertama yang menaklukkan El Capitan tanpa bantuan tali pengaman.


Pada ajang Academy Awards 2019, Free Solo memang layak mendapatkan piala Oscar untuk karya ficer dokumenter terbaik. Ada dua penghargaan favorit saya, yaitu Free Solo dan cinematografinya Alfonso Cuaron di film Roma. Kebetulan, film Roma saya sudah nonton penuh. Saya suka film Roma karena Cuaron ini memaksimalkan minimal, memberi kedalaman pada sudut pengambilan gambar yang biasa. Sesuatu yang sekarang mulai ditinggalkan.

Saya sabar menanti tayangnya Free Solo. Tayangan National Geographic Channel di televisi berbayar sudah memunculkan cuplikan Free Solo. Semoga saja segera ditayangkan. Tahun ini, saya lebih menunggu tayangan Free Solo dibandingkan dengan Avengers Endgame atau remakenya Hellboy.

*Yuniadhi Agung adalah co-founder 1000kata. Sehari-hari dia menjadi fotojurnalis di harian Kompas. Paling menikmati menonton film di studio IMAX.

About Yuniadhi Agung

Yuniadhi Agung adalah co-founder seribukata.com. Dia mengawali karier profesionalnya sebagai fotojurnalis di harian Kompas pada tahun 2002 dan kini menjadi foto editor di koran ternama tersebut.

Check Also

Menuju Keheningan Milford Sound, New Zealand

Di kawasan yang masih merupakan bagian dari jalur pegunungan Southern Alps (Alpen Selatan) memiliki dua fiord yang terkenal yakni Milford Sound dan Doubtful Sound. Milford Sound terletak di bagian utara, sedangkan Doubtful Sound terletak dibagian selatan. Piopiotahi, sebutan orang Maori untuk Milford Sound memiliki teluk lebih pendek namun relatif lebih mudah aksesnya dibanding Doubtful Sound.

2 comments

  1. Lah …. cuma opini personal. Saya kira akan lebih dari itu.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.