Demi Janji untuk Orangutan

 

Tergerak saat melihat tayangan salah satu televisi swasta yang memberitakan tentang maraknya pembantaian Orangutan di Kalimantan pada akhir tahun 2011, hingga akhirnya saya nekat berangkat ke daratan Borneo. Sendiri, menyusuri jalanan di Kalimantan mencari tempat rehabilitasi Orangutan.

Saya bersyukur dimudahkan dan diizinkan saat pertama kali menemukan salah satu pusat rehabilitasi Orangutan. Tempat itu bernama Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), di Kutai, Kalimantan Timur. Mereka sendiri yang mengatakan bahwa hampir tidak pernah mengizinkan wartawan foto masuk ke area rehabilitasi Orangutannya, apalagi untuk mendekat dan memotret. Hal tersebut karena mereka punya alasan tertentu. Dan saya sangat bersyukur saya bisa.

 

Sebelum saya memotret, saya diwajibkan untuk mengikuti kesehatan, meliputi tes darah, ludah dan rontgen. Karena Orangutan memiliki 97 persen lebih kesamaan DNA dengan manusia, jadi akan mudah saling menularkan penyakit. Saya lalu menyewa mobil untuk kembali ke Balikpapan mencari klinik kesehatan.

Setelah dinyatakan bersih dari segala penyakit, saya mulai memotret. Entah kenapa, pertama kali saya menatap mata Orangutan di sana, saya merasa seakan saya reinkarnasi dari mereka. Terasa sekali kepedihan dan kesedihan mereka. Orangutan yang kehilangan induknya, yang kehilangan hutannya, yang ingin bebas tapi takut dengan manusia. Mulai saat itu, saya berjanji di dalam hati harus berbuat sesuatu untuk mereka.

Usai mengorek seluruh isi tabungan, saya juga menjual sebuah kamera kesayangan untuk biaya pulang pergi ke Kalimantan

Untuk mewujudkan janji saya kepada mereka, saya mengerahkan seluruh tenaga dan materi yang saya punya. Usai mengorek seluruh isi tabungan, saya juga menjual sebuah kamera kesayangan untuk biaya pulang pergi ke Kalimantan. Selain itu, saya juga terpaksa menjual sejumlah barang – barang di dalam kamar kos di Yogyakarta.

Tidak mudah, banyak hal yang harus dilalui. Sedih, kesal, kecewa sering hadir. Bahkan hampir putus asa di tengah jalan. Tapi saya selalu anggap segala halangan dan rintangan sebatas ujian dari Tuhan untuk mengukur seberapa konsisten memenuhi janji kepada orangutan.

Saya berhasil mengumpulkan kegiatan orangutan di tempat rehabilitasi hingga mereka dilepasliarkan ke hutan, di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Delapan kali bolak balik Kalimantan. Kadang seminggu, kadang sebulan, kadang saya hanya tiga hari tinggal bersama orangutan di Kalimantan.

Semua dokumentasi saya serahkan kepada fotografer senior Antara, Oscar Motuloh untuk dikurasi. Bang Oscar lah yang pada akhirnya meneruskan perjuangan saya hingga akhirnya dapat terwujud menjadi pameran tunggal dan buku bertajuk ” Orangutan rhyme and blues”. Akhirnya, saya berhasil memenuhi janji saya ke Orangutan. Semoga apa yang saya lakukan dapat menyentuh hati masyarakat masa kini, bahwa keberadaan orangutan sangat erat dengan kualitas dan keberlangsungan hidup manusia. (REGINA SAFRI)

 

 

Regina Septiarini Safri was born on September 23rd, in Jakarta. After completing her degree at UPN Veteran, she started working as photo journalist in Kabare magazine. And in 2004 until now, she joined Antara Press Photo Agency. After completing her first book “Membidik Peristiwa Jadi Berita”, the news about the abuse of orangutan caught her attention. Heartbroken with the news, she feels the need to experience their suffering first hand. She spare some time off from her work and funded the trip from her own saving. Her love for orangutan has led her to visit them again, this time at the cost of her favorite camera. Based on her experience and her interaction with orangutan, she made promise to herself to do something to help them. And this is her fulfillment of that promise.

Buku selama ada pameran harga Rp 200.000 diluar pameran Rp 250.000,
cara mendapatkannya melalui Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA)

 

 

 

 

 

 

 

About 1000kata

1000kata adalah portal yang dikelola oleh 10 fotografer Indonesia, sebagai media alternatif untuk menampilkan karya, cerita, ide, opini, gagasan serta yang lainnya berkaitan dengan dunia fotografi. Mari berbagi.

Check Also

Buku Foto “pagebluk di akar rumput”

Buku foto cerita yang menarik. Saya membutuhkan waktu satu jam untuk menikmati sepuluh cerita foto …

4 comments

  1. semoga orang orang akan terus menjaga lingkungannya

  2. Baru lewat karya foto ke10 dan ke12 dalam artikel ini saya melihat gambar Orangutan berkumpul dalam jumlah yang banyak, suka sekali. Senang bisa ikut menulis berita tentang buku ini di blog komunitas.

    Aljon Ali Sagara | Bukan jurnalis cuma blogger foto

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.