Digitalisasi Foto Analog dengan Cara Murah

Sebagai fotografer yang mengalami era analog (sejak tahun 1991 hobi fotografi, lalu tahun 1994 nyemplung sebagai wartawan foto di Majalah Jakarta-Jakarta Gramedia Majalah), saya masih menyimpan banyak klise negatife, klise hitam putih, dan film positif (slide). Jumlahnya ratusan sheet ( 1 sheet biasanya ada 36 frame). Ada yang format film 35 mm juga 120 mm. Umumnya dalam kondisi terawat. Tidak lengket atau luntur, apalagi berjamur. Karena saya menyimpan dengan baik.

Saat itu tidak kepikiran klise-klise mau diapakan, karena dibuang pun juga sayang. Banyak kenangan atau nilai sejarah dalam klise film tersebut. Saya hanya menyimpan dalam kondisi baik. Tidak berantakan asal numpuk, tapi saya masukan dalam amplop yang saya pesankan ke percetakan agar rapi dalam pengarsipan. Saat itu dalam dunia fotografi, masih dalam transisi antara analog ke digital, persisnya di tahun 2000.

Saya sendiri sudah lama punya scanner cetak, tapi untuk scanner klise saya belum punya. Karena untuk scanner klise barangnya langka dan sangat mahal. Untuk itu saya mencoba sendiri, terinspirasi dari tayangan di Youtube tentang “scanner” murah meriah dari bahan kardus yang dibuat layaknya lightbox. Diberi lapisan akrilik di bagian atasnya (bukan kaca karena pakai kaca silau sekali), juga bohlam lampu 10 watt, fitting lampu, kabel dan colokan. Harganya murah meriah tidak sampai Rp 100.000,-

Nah dengan lightbox kardus inilah saya mendokumentasikan klise-klise koleksi saya yang berisi aneka peristiwa (momen) selama saya jadi wartawan foto 22 tahun lamanya.

Utut Ardiyanto 1994

Caranya, dengan lightbox satu persatu frame di klise saya repro dengan kamera digital. Baik kamera DSLR, mirrorles, atau kamera Prosumer. Agar presisi (focus) dan stabil saat merepro, saya menggunakan tripod. Saya tidak menggunakan semacam “rel” atau holder dalam repro tersebut, tapi klise saya tindih dengan benda berat yang ukuran kecil (biasanya bekas baterai hape atau bateri flasj) agar permukaan klise nempel dengan akrilik di lightbox.

Pemain Ketoprak Rembang 1996
Pemain Ketoprak Rembang 1996

Satu persatu frame foto tersebut saya repro. Setelah itu saya pindahkan ke komputer dan selanjutnya saya olah digital menggunakan Photoshop. Jika sehari saya merepro klise rata-rata 50 frame X 30 hari, saya bisa dapat 1.500 frame. Dikalikan 12 bulan, maka saya dalam setahun punya data foto digital sebanyak : 18.000 frame.
Lumayan bukan ? Daripada klise-klise tersebut tersimpan di gudang atau di laci meja, yang akhirnya rusak dengan sendirinya. (Teks dan foto : Daniel Supriyono)

DANIEL SUPRIYONO, fotografer lepas (freelance) yang tinggal di Tangerang. Sebelumnya Daniel merupakan fotografer di bebrapa majalah Gramedia sejak 1994 seperti Jakarta-Jakarta, HAI, INFOMETRO,dan Harian Warta Kota. Terakhir dia bertugas di Tablod NOVA.



About 1000kata

1000kata adalah portal yang dikelola oleh 10 fotografer Indonesia, sebagai media alternatif untuk menampilkan karya, cerita, ide, opini, gagasan serta yang lainnya berkaitan dengan dunia fotografi. Mari berbagi.

Check Also

Menelusuri Labirin Kotagede

Para pencinta fotografi menikmati kehangatan warga Kotagede. Mereka memasuki ruang-ruang personal dan menjadi bagian dari warga.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.