#CeritaKabel: Kegelisahan akan Estetika Kota

Kegelisahan itu berawal ketika melintasi jalan Margonda Raya. Di sepanjang Jalan utama kota Depok itu, kita akan disuguhi lansekap belantara kabel. Bak benang kusut, untaian kabel-kabel yang semrawut ini sungguh sangat menggangu. Selain membuat mata sepet, ada beberapa tempat dimana kabel itu terkesan dibiarkan ruwet, menggantung tak beraturan serta membahayakan orang.

Kabel menjadi teror dan masalah klasik yang dihadapi kota terutama di negara berkembang. Pembangunan yang masif tanpa memikirkan estetika kota menjadi kambing hitamnya. Keserasian dan keteraturan dinomorduakan serta dianggap hal yang tak penting dan sebatas teori. Secara sederhana, estetika dapat diartikan sebagai keindahan. Walaupun pada tataran yang lebih detil, estetika bisa sangat subjektif karena menyangkut rasa.

Sebenarnya masalah kabel bisa diatasi dengan tata kota yang benar, perencanaan terorganisir serta pembangunan yang berorientasi ke depan. Dampak dari tata kota yang tidak baik mengakibatkan kota menjadi kumuh dan mengganggu sistem infrastruktur kota.

Semoga #CeritaKabel ini bisa menggerakkan mereka yang berwenang dan berharap kegelisahan selalu terjaga. Karena tanpa kegelisahan, manusia hanya biasa-biasa saja.

Salam,

Prasetyo Utomo (Pewarta Foto, Member 1000kata)

 

 

Prasetyo Utomo

Prasetyo Utomo bergabung dengan Seribu Kata sejak 2015. Dia lahir di Blora, Jawa Tengah. Belajar fotografi dari otodidak dan mengawali karir sebagai pewarta foto di Kantor Berita ANTARA pada tahun 2006 sampai sekarang. Selama bekerja di ANTARA meliput beberapa peristiwa penting seperti Piala Asia 2007 di Jakarta, Upacara pemecahan rekor selam massal di Sail Bunaken tahun 2009, Liputan ibadah haji di Arab Saudi tahun 2011, Sea Games Myanmar 2013 dan sejumlah peristiwa penting lainnya. Pada tahun 2012, Lulusan Universitas Diponegoro Semarang ini mengeluarkan buku foto tentang perjalanan Haji dengan judul “ Makkah Photographic Diary’ “. Beberapa penghargaan juga pernah diterima antara lain Anugerah Adiwarta tahun 2008 dan 2009 untuk foto terbaik bidang hukum, olah raga dan ekonomi. Twitter: @prasutomo Instagram: @prast_utomo

 

About Mast Irham

Mast Irham has been doing photography since he was a student at Communication Study at Sebelas Maret University in Solo, Central Java. Before he finished his undergraduate study, he had joined Antara news agency as a contributing photographer. After graduation, he worked for Media Indonesia newspaper until 2004, when he was chosen as one of the participants of photojournalism workshop organized by World Press Photo and Asia Europe Foundation in Hanoi, Vietnam. He later joined European Pressphoto Agency (EPA) in August 2004. During the more than 10 years of his career, Irham has been covering politics, economy, disaster, and sport events both in Indonesia and abroad. Among his notable experience were covering earthquake and tsunami in Aceh, and Bali bombing. His foreign assignments include Aung San Suu Kyii release in Myanmar, Australian Open tennis tournament in Melbourne, Australia, and earthquake in Nepal, Brazil's World Cup. Irham is now EPA chief photographer for Indonesia.

Check Also

Menelusuri Labirin Kotagede

Para pencinta fotografi menikmati kehangatan warga Kotagede. Mereka memasuki ruang-ruang personal dan menjadi bagian dari warga.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.