Before Too Late, Langkah Kecil Berarti Untuk Hutan Indonesia

Dalam dunia fotografi, tema-tema lingkungan masih menyisakan banyak hal yang bisa dieksplorasi. Tapi ternyata fotografer yang fokus pada bidang ini masih bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah Regina Safri yang akrab disapa Rere. Mantan pewartafoto LKBN Antara ini dalam beberapa tahun terakhir aktif mengampanyekan kelestarian alam lewat karya-karya fotonya. Pada tahun 2012, Rere meluncurkan buku foto bertitel “Orangutan Rhyme and Blues” yang bercerita tentang kepeduliannya terhadap orangutan. Beberapa waktu yang lalu Rere kembali meluncurkan buku foto keduanya yang berjudul “Before Too Late”. Masih dalam tema alam liar, buku ini berisi tentang kisah perjalanan Rere keluar selama tiga tahun keluar-masuk hutan di Sumatra. Dalam rentang waktu itu, banyak yang disaksikan perempuan ini: ada kisah pilu tentang satwa-satwa dilindungi yang semakin dekat menuju jurang kepunahan, cerita tentang suku pedalaman, berbagai kejahatan yang dilakukan manusia di hutan dan juga kebakaran yang menghanguskan jutaan hektar hutan. 

Menurut Rere, hutan seharusnya menjadi rumah yang nyaman bagi margasatwa dan tempat untuk mereka berkembang biak, namun kini bayang-bayang kedamaian belantara seisinya itu perlahan meredup, hutan justru berubah menjadi sumber ancaman untuk penghuninya. Bagaimana tidak, di rumah sendiri, satwa liar diburu, disakiti, dan dubunuh oleh orang-orang yang bernafsu menguasai dan memiliki. Pohon-pohon besar yang menjadi sumber energi kehidupan juga dibabat habis. Keprihatinan itu, ditambah dengan rasa ingin tahu yang besar, memberikan membulatkan tekad Rere untuk mulai menjelajahi hutan Sumatra mulai dari Aceh hingga Lampung di awal 2013, walaupun harus merogoh kantong pribadinya sendiri tanpa bantuan sponsor. 

Tidak cukup sampai disitu, menurut fotografer yang juga aktivis lingkungan ini, sebagian hasil penjualan buku “Before Too Late” ini akan disumbangkan untuk peerawatan Erin, bayi gajah yang buntung belalainya karena perilaku biadab para pemburu jahat. 

Rere mengakui bahwa berbagai kisah dan pengalaman susur hutan di Sumatra tentu tak cukup bila dtuangkan seluruhnya di buku ini, tetapi di sisi lain, keadaan sudah sedemikian kritis sehingga setiap langkah-langkah kecil untuk menyelamatkan hutan Indonesia akan sangat berarti. “Saya sadar, saya hanya manusia biasa yang tak bisa berbuat banyak, tapi kelak saya akan menyesal jika tak berbuat apa -apa untuk hutan Indonesia’, kata Rere. 

Disadur oleh Dita Alangkara dari tulisan Regina Safri untuk 1000Kata

Regina Safri bisa diikuti di Instagram dan twitter @reginasafri, info mengenai buku “Before Too Late bisa ditanyakan langsung via DM. 

About Dita Alangkara

Dita Alangkara was born in Yogyakarta, 15 January 1975. Learning photography since 1994. He began to pursue photography professionally as a freelance photographer in some foreign media between 1998-1999. After that he joined The Associated Press bureau in Jakarta until now.

Check Also

Pemenang Regional World Press Photo Contest 2024 

World Press Photo hari ini (3/4/2024) mengumumkan para pemenang regional Kontes 2024, yang menampilkan pilihan …

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.