Kampung Idiot

Keadaan di beberapa desa di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur ini mungkin bisa dibilang langka di Indonesia: ratusan warganya menderita keterbelakangan mental.

Hal ini memberikan stigma negatif bagi desa-desa tersebut hingga muncul sebutan ‘kampung idiot’. Sebutan ini mengarah pada empat desa dengan jumlah penderita terbanyak yaitu Krebet dan Sidoharjo di Kecamatan Jambon, serta desa Karang Patihan dan Pandak di Kecamatan Balong. Sementara itu, ‘kampung gila’ adalah sebutan bagi desa Paringan, Kecamatan Jenongan.

Andika,18, penderita keterbelakangan mental di sertai kondisi fisik yang lumpuh bersama ibunya,Supini, 31, di desa Sidoharjo,Ponorogo.
Andika,18, penderita keterbelakangan mental di sertai kondisi fisik yang lumpuh bersama ibunya,Supini, 31, di desa Sidoharjo,Ponorogo.

Kondisi ini konon bermula pada terjadinya kegagalan panen pada tahun tahun 1960-an yang mengakibatkan desa-desa tersebut kekurangan bahan pangan dan membuat warga, termasuk ibu-ibu hamil, mengkonsumsi makanan seadanya seperti umbi-umbian yang di hasilkan dari tanah yang tidak produktif. Akibatnya, banyak bayi pada masa itu yang lahir dengan keadaan kekurangan gizi termasuk kekurangan yodium yang diduga menyebabkan banyak dari mereka menderita keterbelakangan mental dan gangguan jiwa. Jemiran , “Banyak faktor kenapa banyak warga idiot, kurang gizi dan perkawinan sedarah jadi faktor yang paling banyak dianggap sebagai penyebab”, kata Lurah Krebet, Jemiran.

Bayi-bayi itu saat ini telah berusia dewasa dan kebanyakan kebanyakan hidup di bawah garis kemiskinan. Misalnya keluarga Miratun di dusun Krebet. Ia dan ketiga saudara kandungnya, Sarmun, Legi dan Misiyem, hidup tanpa pekerjaan dan tanah produktif, sehingga hanya bisa menggantungkan pemenuhan kebutuhan sehari-harinya pada kemurahan hati tetangga.

Andika,18, penderita keterbelakangan mental di sertai kondisi fisik yang lumpuh bersama ibunya,Supini, 31, di desa Sidoharjo,Ponorogo.
Andika,18, penderita keterbelakangan mental di sertai kondisi fisik yang lumpuh bersama ibunya,Supini, 31, di desa Sidoharjo,Ponorogo.

Walaupun telah menjadi perhatian aparat yang berwenang, warga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa lebih memilih untuk memberikan perawatan sendiri dengan dipasung atau dirantai bahkan di kerangkeng agar tidak menjadi gangguan untuk warga lainnya. Tawaran rehabilitasi yang diberikan oleh pemerintah daerah tidak menjadi pilihan terbaik bagi mereka karena ikatan kekeluargaan yang sangat erat. Pemerintah Indonesia sebenarnya telah melarang pemasungan sejak tahun 1977, namun tanpa disertai akses terhadap pelayanan kesehatan jiwa yang baik, perilaku pemasungan terhadap orang dengan gangguan jiwa akan terus berlangsung. Terbatasnya infrastruktur dan tenaga profesional juga menjadi penyebab minimnya jumlah pasien gangguan jiwa yang tertangani. Indonesia, dengan populasi 250 juta, saat ini tercatat hanya memiliki 600 hingga 800 psikiater, dan 48 rumah sakit jiwa yang terdapat di empat provinsi.

Saimun, penderita gangguan jiwa yang telah duapuluh tahun terpasung didalam rumahnya di dusun Krebet, desa Jambon, Ponorogo.
Saimun, penderita gangguan jiwa yang telah duapuluh tahun terpasung di dalam rumahnya di dusun Krebet, desa Jambon, Ponorogo.

down-syndrome-village_10

Slamet,penderita gangguan jiwa yang telah 10 tahun terpasung dengan cara dirantai pada tiang rumah di desa Carangrejo, Sampung,Ponorogo. Sehari hari ia di rawat oleh ibunya,Sinten,yang telah berusia lanjut.
Slamet,penderita gangguan jiwa yang telah 10 tahun terpasung dengan cara dirantai pada tiang rumah di desa Carangrejo, Sampung,Ponorogo. Sehari hari ia di rawat oleh ibunya,Sinten,yang telah berusia lanjut.
Boiman,warga dengan gangguan jiwa yang tinggal berdua dengan saudaranya Slamet yang menderita keterbelakangan mental.
Boiman,warga dengan gangguan jiwa yang tinggal berdua dengan saudaranya Slamet yang menderita keterbelakangan mental.
Satu dan Sati, dua bersaudara dengan keterbelakangan mental
Satu dan Sati, dua bersaudara dengan keterbelakangan mental
Misiyem,penderita keterbelakangan mental,berada dihalaan rumahnya di dusun Krebet, desa Jambon,Ponorogo. Misiyem,serta dua saudaranya Sarmun dan Legi menderita keterbelakangan mental yang tinggal dalam satu rumah.
Misiyem,penderita keterbelakangan mental,berada dihalaan rumahnya di dusun Krebet, desa Jambon,Ponorogo. Misiyem,serta dua saudaranya Sarmun dan Legi menderita keterbelakangan mental yang tinggal dalam satu rumah.

 

Photographer

Fully Syafi, pria kelahiran Jember Januari 1975 ini pernah bekerja di Tempo Biro Surabaya dan sempat menjabat sebagai wakil ketua PFI Surabaya. Saat ini dia menjadi ‘stringer photographer’ untuk EPA. Bersama Antarafoto Jatim dia menginisiasi lahirnya workshop foto dokumenter ‘Sinau Foto’.

 

 

About 1000kata

1000kata adalah portal yang dikelola oleh 10 fotografer Indonesia, sebagai media alternatif untuk menampilkan karya, cerita, ide, opini, gagasan serta yang lainnya berkaitan dengan dunia fotografi. Mari berbagi.

Check Also

Menelusuri Labirin Kotagede

Para pencinta fotografi menikmati kehangatan warga Kotagede. Mereka memasuki ruang-ruang personal dan menjadi bagian dari warga.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.