ASEAN Para Games 2015: Memotret Nilai-Nilai Kehidupan

Rizal1

Oleh: Rizal Adi Dharma

 

Ketika saya memutuskan untuk pergi mendokumentasikan ASEAN Paragames 2015 di Singapura awal bulan ini, saya terbayang akan dua hal: KEMUNGKINAN untuk mendapatkan foto olahraga yang bagus dan KEPASTIAN untuk mendapatkan pelajaran atau pengingat tentang nilai-nilai kehidupan yang mencerahkan diri. Ternyata saya tidak salah, dan pencerahan yang saya dapatkan jauh lebih banyak dari foto-foto yang saya peroleh.

rizal02
Andy Avellana berkonsentrasi sebelum melakukan lompatan. Foto: Rizal Adi Dharma

Pelajaran yang pertama datang dari Andy Avellana, seorang atlit lompat jauh dan lompat tinggi berkaki satu dari Filipina. Kaki kiri Andy di amputasi pada saat ia berusia 14 tahun karena ditabrak bus. Orang tuanya yang petani tidak sanggup membelikan tongkat penyangga untuk Andy dan sebagai gantinya memberikan Andy dahan dari pohon pinus untuk membantunya berjalan. Seiring waktu dahan pohon itu tidak mampu lagi menopang berat badannya sehingga Andy belajar untuk bepergian dengan satu kaki.

Foto: Rizal Adi Dharma
Andy Avellana saat melompat. Foto: Rizal Adi Dharma

Sembari menekan tombol rana kamera sejak Andy meletakkan tongkat penyangganya, mengambil ancang-ancang hingga terbang menuju kotak berpasir atau melakukan gerakan salto untuk melewati tiang mistar penghalang, saya terbayang penderitaan sekaligus kerja keras dan dedikasi Andy. Tak lupa saya sisipkan doa agar lompatannya sukses. Dan ketika Andy berhasil melewati mistar, mata ini harus bekerja keras agar air mata tidak menetes.

Andy mengingatkan saya bahwa dengan kemauan dan kegigihan, sesuatu yang sepertinya tidak mungkin bisa menjadi mungkin, prinsip dasar yang selalu saya dengar tapi mudah dilupakan. Andy memajang dahan pohon pinus bekas penyangga kakinya itu di rumahnya sebagai monumen pribadinya.

Momen yang lain saya dapatkan di ajang sepakbola cerebral palsy. Di cabang ini, satu tim beranggotakan 7 orang pemain dengan 4 tingkat cerebral palsy yang berbeda, dari tingkat yang paling ringan (C8) hingga yang paling berat (C5). Seorang pemain dengan fisik yang kelihatan tidak sempurna, misalnya, bisa berhadapan dengan seorang lawan yang secara fisik kelihatan normal walaupun sebenarnya juga memiliki keterbatasan tertentu. Bagi saya ini seperti refleksi bahwa hidup terkadang tidaklah adil.

Rizal4
Pasukan Indonesia harus jatuh bangun menghadapi That Naing

Tapi itu bukan alasan untuk pasrah pada keadaan, seperti yang saya saksikan dari pemain belakang Indonesia, Soni. Dengan bentuk kaki yang tidak sempurna dan lari yang tertatih-tatih, Soni jatuh bangun menghadapi gempuran gelandang dan kapten Myanmar, That Naing, yang cara bermainnya mengingatkan saya kepada gelandang legendaris Jerman Lothar Matthäus. That Naing, dengan kaki yang normal namun memiliki gangguan kontrol untuk gerakan lidah, berlari kesana kemari dengan sangat lincah.

Tapi Soni tetap bertahan dan memberikan semua tenaga yang dimilikinya. Berkat semangat dan kerja keras Soni dan anggota tim lainnya, Indonesia pun akhirnya berhasil menahan seri Myanmar yang merupakan juara bertahan. Soni adalah pengejawantahan dari prinsip “life can be unfair sometimes but that is no reason to give up on it”.

Rizal5
Kewalin Wannaruemon

Kewalin Wannaruemon, atlit lari dari Thailand yang tuna netra sejak lahir, mengingatkan kepada saya untuk selalu berusaha memberikan kebahagiaan kepada orang lain, sekecil apapun bentuknya. Kewalin berlomba dengan tutup mata bergambar karakter Hello Kitty atau Sponge Bob. Saya tidak tau apakah dia mengetahui wujud asli karakter-karakter itu. Yang jelas, Kewalin dengan tutup matanya itu telah berhasil membuat saya tersenyum.

Selain berbagi kebahagiaan, Kewalin mengingatkan saya pada pentingnya kerjasama. Pelari tuna netra seperti Kewalin didampingi oleh seorang pemandu yang berlari bersamanya. Betapa ini menggambarkan kekuatan yang muncul dari kerjasama dan kolaborasi tim bisa menaklukkan suatu tantangan yang tidak bisa dihadapi dengan sendirian. Kewalin berhasil meraih medali emas di kelas T11 untuk jarak 100m, 200m dan 400m.

Rizal6
Ohnmar Htwe, atlit catur tuna netra dari Myanmar

Atlit tuna netra di cabang catur mengingatkan saya tentang arti ketelitian dan kesabaran. Setiap mendapatkan giliran untuk melangkah, seorang pecatur tuna netra akan meraba bidak-bidak catur yang ada di papan untuk menebak langkah yang telah diambil oleh lawannya dan menganalisa langkah balasan yang paling tepat. Suatu hal yang perlu dilakukan dengan ketelitian yang tinggi, dan tentunya kesabaran yang luar biasa.

Rizal7
Pelari asal Malaysia, Felicia Mikat

Si cantik Felicia Mikat, atlit pelari dari Malaysia yang berusia 16 tahun, memberikan inspirasi karena prestasi yang didapatnya. Felicia yang mengalami gangguan pengelihatan harus meninggalkan rumah sejak usia tujuh tahun agar bisa menjalani pendidikan di sekolah khusus. Pengorbanannya dibayar dengan medali emas di nomor lari 100m, 200m dan 400m klasifikasi T13.

Pengingat lain saya dapatkan dari satu nomor lomba di kolam renang. Di dalam nomor yang hanya diikuti dua orang perenang itu, perenang yang telah mencapai garis finis dengan segenap tenaga menyemangati perenang yang jauh tertinggal di belakangnya untuk menyelesaikan pertandingan. Perenang itu telah telah mengajarkan arti menjadi pemenang yang gagah, yang tidak mengecilkan lawannya, berbesar hati untuk mendorong yang lain untuk mencapai tujuannya.

 

Secara khusus, ajang ini dan para atlit yang terlibat mengingatkan saya untuk tidak cengeng dan agar selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik, bagaimanapun keadaannya. Sebagaimana ditulis oleh Setiyo Budihartanto, peraih empat medali emas di cabang atletik, di dalam blognya: “keterbatasan kita jangan sampai membatasi kita untuk menembus batas”.

Rizal8
Foto: Rizal Adi Dharma
Rizal9
Foto: Rizal Adi Dharma
Rizal10
Foto: Rizal Adi Dharma
Rizal11
Foto: Rizal Adi Dharma

 

Photographer

Rizal Adi Dharma Lahir di Surabaya 26 Mei 1974. Alumni Surabaya Institute of Photography dan Lembaga PersDr Soetomo. Saat ini bekerja sebagai Legal Counsel di salah satu perusahaan energi. Instagram: @rizal.dharma

 

 

 

About 1000kata

1000kata adalah portal yang dikelola oleh 10 fotografer Indonesia, sebagai media alternatif untuk menampilkan karya, cerita, ide, opini, gagasan serta yang lainnya berkaitan dengan dunia fotografi. Mari berbagi.

Check Also

Menelusuri Labirin Kotagede

Para pencinta fotografi menikmati kehangatan warga Kotagede. Mereka memasuki ruang-ruang personal dan menjadi bagian dari warga.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.