About Us

1000kata adalah sebuah forum yang tercipta berawal dari obrolan ringan empat fotojurnalis Indonesia Ahmad Zamroni, Dita Alangkara, Mast Irham, dan Yuniadhi Agung. Nama 1000kata (dibaca: seribu kata) diambil dari ungkapan yang sangat populer di dunia fotografi, yaitu a picture worths a thousand words, sebuah foto bernilai (berbicara) lebih dari seribu kata.

1000kata dibangun dengan semangat untuk belajar dan berbagi. Selain mengupas masalah foto jurnalistik, forum ini juga diharapkan membahas dunia fotografi secara umum.

Setelah pertama kali mengunggah artikel pada 5 Januari 2011, di awal tahun 2015 1000kata kehadiran enam fotografer yang akan ikut berkontribusi untuk Seribu Kata.

Seribu Kata diharapkan menjadi wadah para fotografer dan penikmat foto untuk berbagi, berdiskusi, dan menjadi media alternatif untuk menampilkan karya-karya mereka.

Semoga semangat 1000kata ini bisa mendapat respon dari khalayak. Maju fotografi Indonesia!

Ahmad Zamroni atau akrab disapa Roni, adalah co-founder seribukata.com Dia seorang fotografer Indonesia yang bekerja di Jakarta. Dia memulai karirnya sebagai fotojurnalis di tahun 2002, saat bergabung dengan Kompas Cyber Media sebelum akhirnya pindah ke sebuah kantor berita asing yang berada di Jakarta, the Agence France-Presse (AFP).

Selama tahun-tahun tersebut, pria lulusan Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada ini, telah berpartisipasi dalam sejumlah pameran foto di Singapura juga Malaysia. Pelatihan dan seminar baik di dalam maupun luar negeri juga dia ikuti. Setelah tinggal dan bekerja di Brisbane, Australia sebagai forografer lepas selama dua tahun (2008-2009) dan menjelajahi Australia serta New Zealand, dia kembali ke Indonesia dan bekerja untuk Majalah Ekonomi terkemuka Forbes Indonesia sebagai Photo Editor. Di akhir tahun 2013, Roni juga memprakarsai berdirinya sebuah agency photo ‘Hati Kecil Visuals’ yang berkantor di Jakarta. Twitter: @roni_az Instagram: @roni_az

Beawiharta, lahir 21 Juli 1964 di Jember, Jawa Timur. Ia Menyelesaikan studi di IKIP Malang pada tahun 1988 kemudian menjadi pewarta foto pada tahun 1991. Pernah bekerja di Majalah Suasana, Majalah Sinar, Tabloid olahraga GO, Majalah Gatra dan kantor berita Reuters biro Jakarta sejak 1999 hingga sekarang, dengan area liputan Indonesia, East Timor, Singapore, Thailand, Malaysia, Phillipina, China, Pakistan dan Afghanistan. Bea juga berpengalaman menjadi mentor workshop fotografi di berbagai tempat termasuk, Galeri Foto Jurnalistik Antara, Permata Photojournalist Grant dan World Press Photo class di Jakarta Tahun 2002. Menjadi juri foto dalam berbagai lomba foto dan mendapatkan penghargaan berbagai lomba foto di Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Hong Kong. Twitter: @beawiharta Instagram: @beawiharta

Dita Alangkara adalah co-founder seribukata.com. Lahir di Yogyakarta dan lulus dari Universitas Gadjah Mada sebagai sarjana Komunikasi Massa. Selama 15 tahun berkarir sebagai fotojurnalis, Dita telah meliput beragam peristiwa. Beberapa di antaranya adalah proses pemisahan Timor Timur dari Indonesia, bom Bali, konflik separatis Aceh, kekerasan sektarian di Maluku, tsunami di Aceh, tiga kali meliput turnamen tenis Australian Open di Melbourne, Asian Games di Busan, Korea Selatan dan Guangzhou, China, Rugby World Cup di New Zealand, bencana angin topan Haiyan di Filipina serta peristiwa-peristiwa besar lainnya di lingkup Asia Pasifik.

Di tahun 2012, karya-karyanya ikut dipamerkan dalam pameran “AP Captures The World” di Tokyo, Jepang. Dita juga menjadi salah satu mentor dalam workshop Shooting Home di Singapura pada tahun 2013.

Saat ini Dita bekerja di sebagai Chief Photographer untuk Indonesia. Twitter: @DitaAlangkara Instagram: @dita_alangkara

Edy Purnomo adalah fotografer berpengalaman yang memiliki minat khusus pada “kisah- kisah kehidupan manusia”. Dia menyelesaikan pendidikan tingginya dari Sastra Inggris Universitas Jember, Jawa Timur. Pengalaman pertamanya di dunia fotografi dimulai dengan mengikuti pendidikan fotografi jurnalistik di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2002, ia terpilih sebagai salah satu peserta workshop foto jurnalistik se-Asia Tenggara yang diselenggarakan oleh World Press Photo Foundation di Jakarta.

Aktif mengajar di berbagai workshop fotografi untuk membina generasi baru fotografer Indonesia, dan berkesempatan untuk mengikuti program Training-for- Trainers (ToT) World Press Photo di Amsterdam pada tahun 2006.

Karirnya sebagai jurnalis foto dimulai sebagai stringer di Agence-France Presse dan Getty Images News Service. Karya-karyanya dimuat di berbagai media lokal dan global seperti National Geographic Indonesia, TIME Magazine, Newsweek, dan The New York Times, serta berbagai publikasi yang terkait dengan biro-biro Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Ia menggelar pameran foto tunggal bertajuk REL WAKTU di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) Jakarta pada tahun 2005.
Bulan Oktober 2012, Edy meluncurkan buku foto berjudul PASSING, menampilkan foto-foto pilihan yang dihasilkan selama 14 tahun karirnya sebagai fotografer. Twitter: @edypurnomo_pix Instagram: @edypur_pix

Mast Irham adalah co-founder seribukata.com. Dia menggeluti fotografi sejak bergabung di Fisip fotografi club di Fisip Universitas Sebelas Maret Solo. Kemudian menggeluti fotojurnalistik sejak memulai magang di birofoto Kantor Berita Antara dan kemudian menjadi kontributor tetap hingga lulus kuliah pada tahun 2003. Setelah menyelesaikan kuliah, dia bergabung sebagai pewartafoto di Media Indonesia (2003-2004). Dan kemudian terpilih sebagai salah satu peserta workshop fotojurnalistik yang diselenggarakan oleh World Press Photo dan Europe Foundation in Hanoi, Vietnam.

Selama lebih dari 10 tahun bekerja sebagai pewartafoto, Irham terlibat dalam berbagai peliputan baik lokal maupun internasional. Mulai dari tsunami Aceh, gempa bumi di Padang, Yogyakarta, Nias, tsunami Mentawai, bom Bali, beberapa kali demonstrasi red shirt Bangkok, cyclone Nargis di Myanmar, pembebasan Aung San Suu Kyi di Myanmar, Haiyan typhoon di Filipina dan terakhir demonstrasi pelajar di Hong Kong. Mast Irham juga meliput beberapa peristiwa olahraga seperti turnamen tenis Australian Open di Melbourne dan Piala dunia sepakbola di Brazil.Saat ini bekerja sebagai Chief Photographer European Pressphoto Agency (EPA) biro Indonesia yang membawahi Indonesia dan Timor Leste. Twitter: @mastirham Instagram: @mastirham

Peksi Cahyo, pernah menjadi foto editor di tabloid Bola pada tahun 2010-2012. Bertindak sebagai content editor di bolanews.com mulai awal 2014 hingga sekarang. Peksi merupakan salah satu Pewarta foto dengan pengalaman meliput berbagai peristiwa olah raga, mulai dari event nasional hingga event internasional seperti Euro Cup 2008 n World Cup 2010, MotoGP and Formula One. Peksi mempunyai ketertarikan terhadap perkembangan media sosial dan mobile phone photography. Twitter: @peksicahyo Instagram: @peksicahyo

Prasetyo Utomo, lahir di Blora, Jawa Tengah. Belajar fotografi dari otodidak dan mengawali karir sebagai pewarta foto di Kantor Berita ANTARA pada tahun 2006 sampai sekarang. Selama bekerja di ANTARA meliput beberapa peristiwa penting seperti Piala Asia 2007 di Jakarta, Upacara pemecahan rekor selam massal di Sail Bunaken tahun 2009, Liputan ibadah haji di Arab Saudi tahun 2011, Sea Games Myanmar 2013 dan sejumlah peristiwa penting lainnya.

Pada tahun 2012, Lulusan Universitas Diponegoro Semarang ini mengeluarkan buku foto tentang perjalanan Haji dengan judul “ Makkah Photographic Diary’ “.

Beberapa penghargaan juga pernah diterima antara lain Anugerah Adiwarta tahun 2008 dan 2009 untuk foto terbaik bidang hukum, olah raga dan ekonomi. Twitter: @prasutomo Instagram: @prast_utomo

Sumaryanto Bronto, pewarta foto yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Dia memulai karirnya dalam fotografi sebagai kontributor foto untuk Asociated Press. Pada tahun 2007 mengikuti workshop WPPH-World Press Photo dan saat ia bekerja untuk surat kabar harian Media Indonesia sebagai salah satu photo editor dan fotografer untuk Kick Andy show. Twitter: @brontoo Instagram: @bronto

Yuniadhi Agung adalah co-founder seribukata.com. Dia mengawali karier profesionalnya sebagai fotojurnalis di harian Kompas pada tahun 2002. Sebagai fotojurnalis, Emye, panggilan akrab Yuniadhi Agung, bertugas di desk metropolitan, Kompas minggu, ekonomi, politik, humaniora, dan olah raga. Sejumlah peristiwa yang pernah diliput antara lain Aceh pada era darurat militer dan pascatsunami. SEA Games Nakhon Ratchasima Thailand, Piala Thomas dan Uber di Kuala Lumpur dan Wuhan, dan Piala Sudirman di Qingdao. Karya-karya fotonya muncul dalam sejumlah buku foto, seperti “Mata Hati”, “Indonesia in The Soeharto Years”, Ekspedisi Cincin Api”, “Melihat Indonesia”, dan “Kompas Unpublished”. Bersama co-founder Seribu Kata lainnya menerbitkan buku NESW (North East South West) yang berisi foto-foto yang dipotret dengan kamera dari smartphone.

Emye memenangi sejumlah kompetisi foto jurnalisitik, antara lain Anugerah Pewarta Foto Indonesia, MH Thamrin Award, Anugerah Adiwarta Sampoerna, WAN-IFRA Asia Publishing Award, dan National Geographic International Photo Competition.

Emye senang berbagi pengalaman memotret dengan menjadi pembicara di sejumlah seminar dan workshop fotografi. Pada tahun 2011 bersama sejumlah fotografer Indonesia berpartisipasi dalam event fotografi kontemporer The Month of Photography Tokyo, Jepang. Twitter: @yuniadhiagung Instagram: @yuniadhiagung

“If you want to go fast, go alone.
If you want to go far, go together.”




DAFTARKAN DIRIMU UNTUK DAPAT INFO TERKINI DARI KAMI !