1000kata membingkai tahun 2018

Tahun 2018 adalah tahun yang penuh dinamika. Sebagai fotografer aktif, para member 1000kata melakukan pekerjaan memotret, baik untuk kepentingan pekerjaan ataupun aktivitas pribadi. Selama memotret di tahun 2018, selalu ada satu momen yang berkesan. Para member 1000kata menceritakan foto favorit yang mereka buat pada tahun 2018.

Ahmad Zamroni
Tahun 2018 bisa dikatakan merupakan tahun yang berbeda bagi saya pribadi. Khususnya untuk perjalanan profesi saya sebagai fotografer. Tahun ini saya memutuskan untuk bekerja secara freelance setelah belasan tahun bekerja sebagai staf. Beberapa pekerjaan baik di ranah editorial maupun corporate bisa dikatakan cukup menarik dijalani.

Dari sekian penugasan, baik editorial maupun corporate, barangkali foto ini menjadi salah satu yang cukup berkesan. Ketika mendapat penugasan dari Forbes Indonesia Magazine, terus terang saya sedikit khawatir dengan penugasan ini. Pasalnya, yang akan saya lakukan merupakan sesi foto kesempatan kedua dimana  sesi foto pertama, yang dilakukan oleh fotografer lain dinilai kurang bagus bagi redaksi, sehingga perlu diulang. Alasan semacam ini kadang untuk beberapa subjek yang akan difoto cukup mengesalkan. Mengingat waktu yang dia harus luangkan untuk sesi foto ini. Selain urusan teknis yang lebih baik, fotografer mendapat pekerjaan tambahan untuk membangun mood dari model, yang sangat mungkin menjadi kurang baik karena alasan yang kurang mengasyikkan tersebut.

Beruntung dengan pendekatan yang saya nilai sesuai dan pas, Manoj Punjabi yang merupakan salah satu pengusaha film ini cukup antusias menjalani pemotretan ini. Bahkan bisa mendapat beberapa style pemotretan. 

Foto ini saya ambil dengan environment backround sebuah “cinema theatre”. Hal ini saya pilih untuk menunjukkan sekaligus memperkuat karakter dia sebagai pemilik dari perusahaan MD Entertainment dan MD Pictures yang memproduksi banyak film. Hasil foto dari sesi ini kemudian tampil di halaman muka sebagai cover story salah satu majalah bisnis terkemuka di tanah air tersebut.

Manoj Punjabi is an Indian Indonesian film and television producer and owner of the biggest production house in Indonesia. Manoj is a producer of soap operas and films for MD Entertainment and MD Pictures. Photo by Ahmad Zamroni/HKV

Beawiharta
Tahun ini adalah tahun liputan yang beragam. Liputanku mulai dari yang ecek-ecek ke pasar tradisional, juga olahraga setingkat Asian Games, hingga bencana berturut-turut sebanyak 4 kali, termasuk tenggelamnya kapal penumpang di Danau Toba, Gempa bumi di Lombok, Gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, hingga jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Karawang, Jawa Barat. Sungguh tahun yang melelahkan secara mental. Sebetulnya sulit untuk mencari foto favorit tahun ini. Ada kegembiraan dan kemegahan Asian Games tapi juga kegetiran bencana dimana-mana. Tapi pilihan personal saya jatuh pada foto di bawah ini. 
Saya masih ingat pagi itu mendung menyelimuti seputaran Danau Toba, Sumatera Utara. Gelap dan mistis kesannya. Pinggiran danau yang biasanya ramai itu masih sepi sekali karena sudah diguyur hujan sejak malam. Jam 6 pagi saya sudah melihat Kamel Purba duduk di tepi danau, diam tidak bergerak, sangat lama. Menurut kerabatnya, dia mencoba berkomunikasi dengan kakaknya yang hilang bersama dengan tenggelamnya kapal feri Sinar Bangun. Tanah Batak memang menyimpan sisi mistis, meski juga indah. Saya mencoba mengambil fotonya dengan perlahan karena tidak ingin mengganggu kekhusukannya. Hingga dia selesai 1,5 jam kemudian, baru saya berani mendekatinya dan bertanya apa yang dilakukannya. Saya menyukai foto ini karena menyampaikan rasa sedih tanpa visual yang sadis. 

Kamel Purba, a farmer who lost mother and brother in the ferry accident at the Lake Toba sit on a pier of Tigaras port in Simalungun, North Sumatra, Indonesia, June 21, 2018. REUTERS/Beawiharta


Dita Alangkara
Dalam beberapa tahun terakhir saya cukup beruntung untuk bisa menjadi satu dari sedikit pewarta foto yang bisa berkunjung secara rutin ke Korea Utara dan melihat langsung kehidupan sehari-hari di negara yang dikenal tertutup dan susah dimasuki oleh wartawan itu. Dalam konteks fotografi dokumenter di mana akses menjadi satu hal yang krusial, sebetulnya setiap foto apapun yang diambil di Korea Utara menjadi signifikan, tetapi kalau saya harus memilih foto favorit di tahun 2018, foto ini adalah salah satunya. 
Walaupun perekonomian dan siklus konsumsi terus tumbuh, tapi sanksi ekonomi yang diterapkan PBB dan komunitas-komunitas internasional untuk memaksa rezim Kim Jong Un mengakhiri program pengembangan senjata nuklirnya sedikit banyak dirasakan juga oleh rakyat Korut terutama dalam hal energi. Untuk ukuran ibu kota sebuah negara, Pyongyang terasa minim cahaya, gedung-gedung apartemen terlihat gelap dan banyak warganya harus menggunakan senter sebagai penerang jalan. Tapi di sisi lain, pemerintah Korut tidak tanggung-tanggung dalam mengalokasikan penggunaan energi untuk keperluan propaganda. Lampu-lampu super terang digunakan untuk menyinari foto pemimpin mereka Kim Il Sung dan Kim Jong Il di lokasi-lokasi strategis, dan dalam beberapa bulan terakhir bagian luar Hotel Ryugyong, sebuah bangunan megah setinggi 330 meter, disulap menjadi media pertunjukan cahaya yang menampilkan pesan-pesan propaganda melalui tampilan ratusan ribu lampu LED. Sangat kontras dengan gedung-gedung sekitarnya yang kelihatan semakin suram. Melalui foto ini saya mencoba merepresentasikan situasi aktual di Korut tersebut, krisis energi dan ‘kemeriahan’ propaganda, lewat satu frame sederhana. 

Pyongyang, North Korea, Thursday, Dec. 20, 2018. (AP Photo/Dita Alangkara)

Edy Purnomo
Annapurna Circuit, salah satu jalur trek panjang terpopuler di dunia dan menjadi “wish list trekking” saya selama bertahun-tahun. Di Annapurna Circuit, saya menemukan perpaduan antara kesenangan trekking dan fofografi, dan yang terlebih lagi menikmati kesendirian di tengah-tengah megahnya pegunungan Himalaya. Sungguh, pengalaman tang luar biasa dalam perjalanan di dunia fotografi dan trekking tang saya geluti selama ini.

Annapura Circuit, Nepal. Edy Purnomo

Mast Irham
Tahun 2018 adalah salah satu tahun tersibuk bagi saya. Terlibat dalam beberapa liputan besar yang tidak hanya menguras tenaga tapi juga pikiran. 

Ada dua liputan menjadi catatan penting buat saya di tahun ini, yaitu olahraga dan bencana. Ada event besar Asian Games dan beberapa bencana dahsyat yang menimpa saudara-saudara kita. 

Cukup berat bagi saya untuk memilih foto bencana sebagai foto yang paling berkesan. Tapi apa boleh buat 2018 adalah tahun bencana, bahkan detik ini pun masih banyak saudara kita mengungsi karena kehilangan tempat tinggalnya yang tersapu tsunami di Selat Sunda.

Foto di bawah menunjukkan seorang perempuan muda berdiri di puing bekas bangunan di pinggiran pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, yang hancur diterjang tsunami. Saya memotret momen ini di hari terakhir liputan di kota Palu. Foto ini sekadar menjadi pengingat buat saya pribadi untuk selalu waspada, karena kita hidup di tanah rawan bencana. Tidak pernah ada kata terlambat buat kita untuk bersiap.

An Indonesian woman inspects the tsunami-devastated Talise beach in Palu, Central Sulawesi, Indonesia, 06 October 2018. According to reports, at least 1.649 people have died as a result of a series of powerful earthquakes that hit central Sulawesi on 28 September 2018 and triggered a tsunami. EPA/Mast Irham


Peksi Cahyo
Adalah kesempatan langka memotret event kelas dunia bernama Asian Games.  Foto ini adalah salah satu foto favorit saya yang memperlihatkan aksi juara dunia loncat indah putri asal china, Zhang Jiaqi/Zhang Minjie. Saking hebatnya pasangan di nomor sinkronisasi ini, saat saya memilih memotret dengan kecepatan lamban 1/10 sec dengan menggunakan lensa 70-200mm, gerakan mereka masih tampak harmonis

Zhang Jiaqi/Zhang Minjie pasangan loncat indah putri asal China di nomor papan 10 meter sinkronisasi pada Asian Games 2018.Pasangan juara dunia ini berhasil meraih medali emas pada nomor tersebut.(Bola.com/Peksi Cahyo)

Prasetyo Utomo
Saya ingin menandai tahun 2018 ini dengan foto olahraga. Asian Games dan Asian Para Games lah yang melandasi saya memilih foto panahan itu sebagai foto paling berkesan selama tahun ini. Asian Games  menjadi sebuah momentum merayakan keragaman Asia. Selain Sukses menjadi tuan rumah, Indonesia juga menorehkan sejarah menempati peringkat ke-4, yang terbaik sejak keikutsertaannya di Pesta Olahraga terbesar seAsia itu.
Olahraga juga menjadi media dimana sekat-sekat itu hilang. Perbedaan suku, agama, ras dan pandangan politik tak nampak dan melebur menjadi satu di bawah naungan sportivitas olahraga sesuai dengan filosofi bhinneka tunggal ika yaitu pemersatu.

Atlet Panahan Indonesia Yurike Nina Bonita membidik sasaran saat final nomor compound tim putri pada 18th Asian Games Invitation Tournament di Lapangan Panahan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (15/2). ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/nz/18

Sumaryanto Bronto
Dengan segala kegembiraan bermain dan keluguan mereka,anak-anak bagi saya merupakan subjek pemotretan yang menarik, Namun untuk menghasilkan foto anak yang menarik tidaklah mudah. Suasana hati anak bisa berubah cepat dalam sekejap, butuh kesabaran agar anak merasa nyaman dengan keberadaan saya sebagai fotografer.
Perjalanan akhir tahun 2018 yang saya lakukan ke beberapa pulau-pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan samudera pasifik menjadi salah perjalanan penutup akhir tahun yang sangat berkesan. Jauh dari hingar-bingar ibukota dan permainan modern yang biasa anak-anak kota mainkan, anak-anak di pulau terluar menjadikan laut hingga mangrove sebagai tempat bermain mereka. Canda tawa dan tingkah polah anak-anak penerus bangsa itu seakan memberikan kehangatan bagi setiap yang melihatnya. Kesederhanaan dan keceriaan anak-anak pulau terluar ini secara tidak langsung memberikan pelajaran, Kebahagiaan dapat kita buat sendiri meskipun dengan kesederhanaan.

Anak-anak bermain di pantai Pulau Liki, Sarmi, Papua. MI/Sumaryanto Bronto

Yuniadhi Agung
Kota Palu, Sulawesi Tengah, bagi saya adalah dua sisi cerita kehidupan. Dua kali saya bertugas ke Palu, saya menemukan suasana kebahagian dan kepedihan. Pada tahun 2016 lalu, saya mendapatkan foto yang hingga sekarang menjadi foto favorit saya, yaitu foto peristiwa gerhana matahari total. Kala itu alam semesta bermurah hati memberikan cuaca cerah sehingga fase gerhana jelas terabadikan.

Tahun 2018 saya kembali dalam suasana kesedihan. Alam kembali menunjukkan kuasa. Gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi merobohkan bangunan dan meninggalkan kepedihan bagi warga. Saat meliput di kawasan yang terdampak bencana, saya mengabadikan reruntuhan dan benda-benda yang miring dengan membingkainya seolah kembali tegak. Semoga warga Palu, Donggala, dan Sigi cepat bangkit.

Kampung Balaroa, Palu. Kompas/Yuniadhi Agung

About 1000kata

1000kata adalah portal yang dikelola oleh 10 fotografer Indonesia, sebagai media alternatif untuk menampilkan karya, cerita, ide, opini, gagasan serta yang lainnya berkaitan dengan dunia fotografi. Mari berbagi.

Check Also

Menelusuri Labirin Kotagede

Para pencinta fotografi menikmati kehangatan warga Kotagede. Mereka memasuki ruang-ruang personal dan menjadi bagian dari warga.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.